Wah, Pendaftar SBMPTN Luar Jawa Masih Minim

JAKARTA - Animo masyarakat terhadap pendaftaran Seleksi Bersama Masuk Perguruan Tinggi Negeri (SBMPTN) di luar Pulau Jawa juga masih sedikit. Namun, Rektor Universitas Hasanuddin (Unhas) Makassar Idrus Paturrusi menganggapnya sebagai hasil yang wajar.

"Sekarang belum banyak karena mungkin masih menunggu hasil Ujian Nasional (UN). Tapi sudah mencapai ribuan. Biasanya di akhir bisa mencapai 20-24 ribu. Kalau sekarang belum kelihatan," ujar Idrus ketika dihubungi Okezone, Jumat (17/5/2013).


Tahun ini, kata Idrus, Unhas menetapkan sebesar 30 persen kursi dari total penerimaan mahasiswa baru melalui jalur penerimaan SBMPTN. Sementara kuota terbesar dialokasikan pada Seleksi Nasional Masuk Perguruan Tinggi Negeri (SNMPTN) dan sisanya, yakni 20 persen lewat ujian mandiri.

Berkaca pada SNMPTN, Idrus menilai, jurusan Kedokteran akan tetap menjadi program studi (prodi) favorit eksakta di Unhas. "Selain Kedokteran, untuk jurusan eksakta, prodi teknik dan farmasi juga menjadi favorit calon mahasiswa. Sementara di jurusan sosial, prodi favorit pilihan calon mahasiswa adalah Ekonomi, Hukum, dan Hubungan Internasional (HI)," tuturnya.

Sebenarnya, apa yang membuat prodi Kedokteran Unhas menjadi primadona para calon mahasiswa? Idrus berpendapat, akreditasi internasional A yang dikantongi jurusan Kedokteran Unhas menjadi alasan prodi tersebut begitu digemari.

"Jurusan Kedokteran di mana-mana banyak peminat. Mungkin karena Kedokteran Unhas yang tertua dan terakreditasi internasional A makanya banyak yang mendaftar. Di Indonesia cuma lima universitas yang memiliki akreditasi institusi internasional A, yaitu Universitas Indonesia (UI), Universitas Gadjah Mada (UGM) Yogyakarta, Institut Teknologi Bandung (ITB), Institut Pertanian Bogor (IPB), dan Unhas dan mahasiswa mencari yang akreditasinya baik," jelas Idrus.

Menurut Idrus, tidak akan ada kursi kosong di Unhas dengan adanya tiga jalur penerimaan mahasiswa baru tersebut. Apalagi mengingat perbandingan kuota yang tersedia dengan jumlah pendaftar.

"Pengalaman sekian tahun banyak tidak keterima karena angka keketatan tinggi. Kuota kelas dan jumlah pendaftar tidak sebanding. Misalnya, kedokteran. Kami hanya menyediakan 200 kursi sementara pendaftar 8.000 orang," tandasnya. (mrg)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar